Secara sederhana sekaligus rumit, manusia dibagi menjadi 2 bagian, jasmani dan rohani. Fisik dan spirit. Pembagian ini merupakan pembagian klasik yang telah lama didengungkan semenjak filsuf Yunani Kuno – Aristoteles.
Unsur dalam ‘manusia’ tersebut memiliki karakteristik masing-masing. Ciri khas yang berbeda-beda.
Jasmani merupakan sebuah zat yang menempati ruang dan memiliki massa. Jasmani manusia merupakan sebuah Super-System yang memiliki banyak sistem dan sub-sistem yang rumit. Kerumitan inilah yang membuat ilmu seperti Biologi dan turunan ‘logy’ lainnya berkembang, sebut saja histologi, anatomi, fisiologi, maupun variasi ilmu hayat yang tentunya alumni fakultas ‘medis’ dan MIPA lebih paham.
Dengan pendekatan fisik, manusia merupakan kumpulan senyawa protein, unsur Karbon ( C ) dan Hidro (H), serta unsur-unsur kimia utama lain. Manusia dalam aspek ini tak lebih dari sekedar ‘materi’. Hanya saja materi tersebut dapat bertumbuh dan berkembang. Panjang, lebar, dan tinggi dapat bertambah, sehingga berdampak pada volume. Pertambahan volume terjadi pada seluruh bagian tubuh manusia, termasuk otak. Pertambahan yang terjadi pada isi tempurung kepala sejatinya merupakan penambahan populasi sel syaraf yang sering disebut neuron. Peningkatan kuantitas neuron juga diikuti peningkatan kualitas. Yaitu kualitas para neuron dalam menyampaikan pesan-pesan berupa impuls, dari satu neuron ke neuron lain. Kualitas para neuron bekerja dalam sebuah sistem yang disebut sistem syaraf.
Neuron –neuron inilah nantinya yang bertanggung jawab atas daya cipta seorang manusia. Dan biasanya daya cipta seseorang akan tumbuh bersamaan dengan daya rusaknya. Dan neuron inilah yang membedakan jasmani manusia dengan ‘materi’ biasa. Bahkan karena kualitas neuron manusia inilah, maka manusia disebut manusia, berbeda dengan mahluk hidup lainnya.
Spirit. Jiwa. Rohani. Tidak akan dibahas dalam artikel ini. Bukan! Bukan karena saya penganut paham materialisme. Tapi alasannnya sederhana, karena isu ini sensitif. Selain itu, dibutuhkan ‘keyakinan’ sebagai pintu utama untuk berbicara tentang elemen ini. So, we keep it.
Jasmani secara pendekatan fisika adalah materi atau zat. Zat akan patuh dengan teori-teori yang mengikatnya. Teori klasik yang populer tentang zat adalah teori mekanika Isaac Newton. Hukum Gerak Newton. Law’s Newton of Motion.
KELEMBAMAN
Hukum pertama: setiap benda akan memiliki kecepatan yang konstan, kecuali ada gaya yang resultannya tidak nol bekerja pada benda tersebut.
Seseorang yang terbiasa menulis dengan tangan kanan, makan dengan tangan kanan, melempar dengan tangan, akan kesulitan jika melakukan semuanya dengan tangan kiri. Mencoba sesuatu yang baru atau merubah kebiasaan sungguh sebuah pekerjaan yang tidak mudah.
Fisika. Jika resultan gaya nol, maka pusat massa dari suatu benda tetap diam, atau bergerak dengan kecepatan konstan (tidak mengalami percepatan). Simple-nya, benda yang diam akan cenderung diam. Benda yang bergerak, akan cenderung bergerak dengan kecepatan yang sama.
Dengan kata lain, orang yang diam akan cenderung diam. Orang yang memilih untuk tidak mencoba melakukan sesuatu, akan cenderung untuk tidak melakukan apapun. Akan sangat sulit untuk memulai sesuatu. Manusia yang telah membuat rencana ini dan itu tanpa merealisasikannya akan cenderung hidup dengan rencana-rencana besar, namun dengan proses dan hasil NOL besar.
Untuk pindah dari kondisi diam ke kondisi bergerak sungguh tidak mudah. Dibutuhkan energi (gaya) yang cukup sehingga dapat memulai suatu gerak. Untuk menjadi tidak pasif, maka manusia membutuhkan keinginan (niat) dan energi yang besar. Sehingga energi tersebut akan tersalurkan menjadi sebuah aksi. Aksi yang nyata!
***
Manusia yang telah nyaman di ‘kotak aman’nya, biasanya tidak akan suka untuk mencoba berpikir dan bertindak diluar kebiasaan. Out of The Box. Berpikir dan Bertindak di luar kotak.
Benda yang dahulu diam kemudian berusaha untuk bergerak, namun tidak mau menambah energi (gaya) dalam pergerakannya, maka benda tersebut akan cenderung bergerak dengan kecepatan yang tetap. Benda itu akan itu bergerak konstan. Hidupnya akan cenderung datar.
Manusia sebagai sebuah materi ternyata juga seperti itu, sulit untuk berusaha lebih dari rata-rata manusia kebanyakan. Padahal, secara teori benda yang disuntik dengan energi (gaya) tambahan akan mengalami percepatan. Dan percepatan itulah yang akhirnya akan menambah kecepatan seseorang untuk menjalani jalur kehidupannya.
Membayar lebih untuk mendapat lebih! Going to Extra Mile! Saajtahidu Fauqa Mustawa Al-Akhar!
::Berjuang dengan usaha diatas rata-rata yang dilakukan orang lain::
Next: Hukum Newton Kedua
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus